Perang Rusia–Jepang: Pertempuran Asia Timur yang Mengubah Kekuatan Dunia
News DeltaPawan- Awal abad ke-20 menjadi saksi lahirnya kekuatan baru di Asia Timur. Dalam sebuah perang yang mengejutkan dunia, Jepang berhasil mengalahkan Kekaisaran Rusia, salah satu negara adidaya Eropa saat itu. Konflik besar ini dikenal dengan nama Perang Rusia–Jepang (Russo-Japanese War) — sebuah peristiwa yang tidak hanya mengubah keseimbangan politik di Asia, tetapi juga menandai munculnya Jepang sebagai kekuatan militer modern dunia.
Latar Belakang: Perebutan Pengaruh di Asia Timur
Akar perang ini berawal dari perebutan pengaruh atas Korea dan Manchuria, dua wilayah strategis di Asia Timur.
Sejak akhir abad ke-19, Jepang yang baru saja melalui masa modernisasi besar-besaran di era Restorasi Meiji (1868), mulai tampil sebagai kekuatan baru. Negara ini berambisi memperluas wilayah dan pengaruhnya, terutama setelah berhasil memenangkan Perang Tiongkok–Jepang Pertama (1894–1895).
Namun, kemenangan Jepang itu membuat Rusia ikut turun tangan. Bersama Jerman dan Prancis, Rusia menekan Jepang untuk mengembalikan wilayah Liaodong Peninsula ke Tiongkok — yang kemudian justru diambil alih oleh Rusia.
Langkah ini membuat Jepang merasa dikhianati dan dipermalukan di mata dunia. Ketegangan pun terus meningkat selama beberapa tahun berikutnya.
Menuju Perang: Diplomasi yang Gagal
Pada awal 1900-an, Rusia memperluas pengaruhnya ke wilayah Manchuria, sementara Jepang menegaskan kepentingannya atas Korea.
Kedua negara sempat bernegosiasi — Jepang menawarkan kesepakatan: Rusia boleh menguasai Manchuria, asalkan Jepang diakui di Korea.
Namun Rusia menolak dan justru berusaha menguasai keduanya.
Pada akhirnya, diplomasi gagal total.
Pada 8 Februari 1904, tanpa deklarasi perang resmi, Jepang melancarkan serangan mendadak ke pangkalan Angkatan Laut Rusia di Port Arthur (sekarang Lüshunkou, Tiongkok). Serangan itu menandai dimulainya Perang Rusia–Jepang.

Baca Juga : El Clasico Membara! Real Madrid Tekuk Barcelona 2-1, Yamal Kena Sindir Pedas
Pertempuran di Darat dan Laut: Kejutan dari Timur
Perang ini menjadi ujian pertama bagi dua kekuatan modern dari dua benua berbeda — Asia melawan Eropa.
Jepang, dengan strategi militer yang efisien dan teknologi perang modern, menunjukkan keunggulan yang mengejutkan dunia.
Beberapa pertempuran penting di antaranya:
-
Pertempuran Port Arthur (1904–1905): Jepang mengepung pelabuhan militer utama Rusia selama berbulan-bulan hingga akhirnya berhasil merebutnya.
-
Pertempuran Liaoyang dan Mukden: Pasukan Jepang terus menekan tentara Rusia di Manchuria, dengan strategi disiplin dan logistik yang terorganisir baik.
-
Pertempuran Laut Tsushima (Mei 1905): Inilah puncaknya. Armada Jepang di bawah komando Laksamana Heihachiro Togo berhasil menghancurkan hampir seluruh armada Baltik Rusia, yang telah menempuh perjalanan panjang dari Eropa ke Asia.
Kemenangan Jepang di Tsushima menjadi pukulan besar bagi harga diri Rusia — dan sekaligus kejutan bagi seluruh dunia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah modern, negara Asia berhasil mengalahkan kekuatan besar Eropa.
Dampak Politik di Rusia dan Jepang
Kekalahan telak ini mengguncang Kekaisaran Rusia secara internal.
Rakyat yang kecewa terhadap kekalahan dan kondisi ekonomi buruk memicu gelombang protes besar, yang kemudian berkembang menjadi Revolusi Rusia 1905 — cikal bakal Revolusi Bolshevik beberapa tahun kemudian.
Sementara itu, di Jepang, kemenangan ini menjadi simbol kebangkitan nasional. Jepang diakui sebagai kekuatan dunia baru.
Media dan politikus di Barat pun mulai melihat Jepang sebagai negara industri modern yang sejajar dengan kekuatan Eropa.
Namun kemenangan itu juga membawa konsekuensi moral dan politik. Ambisi Jepang yang tumbuh pesat kemudian memicu ekspansi militer lebih besar di Asia — yang kelak berujung pada Perang Dunia II.
Perjanjian Portsmouth: Mengakhiri Perang
Setelah serangkaian kekalahan, Rusia akhirnya setuju untuk berunding.
Melalui mediasi Presiden Amerika Serikat Theodore Roosevelt, kedua negara bertemu di Portsmouth, New Hampshire, dan menandatangani Perjanjian Portsmouth pada 5 September 1905.
Isi utama perjanjian tersebut antara lain:
-
Rusia mengakui pengaruh Jepang di Korea.
-
Rusia menyerahkan Semenanjung Liaodong dan Port Arthur kepada Jepang.
-
Rusia menyerahkan bagian selatan Pulau Sakhalin kepada Jepang.
-
Kedua negara sepakat menarik pasukan dari Manchuria.
Perjanjian ini menegaskan posisi Jepang sebagai kekuatan dominan di Asia Timur, sementara Rusia kehilangan wibawanya di kawasan Pasifik.
Sebagai imbalannya, Presiden Roosevelt menerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1906 atas perannya dalam menyelesaikan konflik ini.
Dampak Global: Dunia Melihat ke Timur
Perang Rusia–Jepang mengguncang tatanan dunia lama.
Kemenangan Jepang mematahkan mitos superioritas Eropa dan memberi inspirasi bagi banyak bangsa Asia dan Afrika yang masih berada di bawah penjajahan.
Bangsa-bangsa di Asia Tenggara, India, dan bahkan Timur Tengah melihat Jepang sebagai bukti bahwa bangsa Timur mampu melawan dominasi Barat.
Sementara itu, negara-negara Eropa mulai waspada terhadap kebangkitan Asia, terutama Jepang yang kemudian menjadi kekuatan imperial baru.
Kesimpulan: Perang yang Mengubah Arah Sejarah
Perang Rusia–Jepang (1904–1905) bukan hanya tentang perebutan wilayah di Asia Timur.
Lebih dari itu, perang ini menjadi titik balik dalam sejarah dunia modern, ketika kekuatan Asia untuk pertama kalinya mengalahkan kekuatan besar Eropa di medan perang terbuka.
Dari pelabuhan kecil Port Arthur hingga meja perundingan di Portsmouth, perang ini meninggalkan warisan penting:
-
munculnya Jepang sebagai kekuatan militer global,
-
terguncangnya kekuasaan Tsar Rusia,
-
serta lahirnya kesadaran baru di dunia Timur tentang kekuatan dan kemandirian bangsa sendiri.
“Perang Rusia–Jepang bukan sekadar konflik dua negara,” tulis seorang sejarawan Barat. “Ia adalah pertanda bahwa dunia telah berubah — dari dominasi Barat menuju kebangkitan Timur.”















