
News DeltaPawan. TEHERAN – Ketegangan antara Israel dan Iran mencapai puncaknya setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke wilayah Iran pada Jumat dini hari (13/6/2025). Operasi militer ini dinamai “Rising Lion” dan ditujukan ke sejumlah lokasi strategis yang disebut sebagai pusat program nuklir dan pertahanan Iran.
Dalam pidato resminya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa serangan ini merupakan tanggapan atas dugaan Iran tengah mengembangkan hulu ledak nuklir aktif. “Kami menyerang jantung dari program nuklir Iran. Natanz, proyek rudal balistik, dan para ilmuwannya telah menjadi target utama kami,” ujarnya.
Dua Ilmuwan Nuklir dan Jenderal Iran Tewas Diserang
Serangan tersebut menewaskan dua jenderal senior dan dua ilmuwan nuklir Iran, termasuk Jenderal Hossein Salami, Jenderal Mohammad Bagheri, serta ilmuwan Fereydoun Abbasi dan Mohammad Mehdi Tehranchi. Abbasi dikenal sebagai tokoh penting dalam pengembangan nuklir Iran yang sebelumnya pernah lolos dari percobaan pembunuhan tahun 2010.
Sumber media pemerintah Iran mengonfirmasi bahwa rumah-rumah para tokoh tersebut dihantam rudal, menyebabkan kerusakan berat dan kematian seketika. Tak hanya itu, sejumlah korban sipil, termasuk anak-anak, dilaporkan meninggal akibat ledakan yang terjadi di kawasan permukiman padat di Teheran.
Baca Juga : Israel Siap Menyerang, Iran Tegaskan Diplomasi Jalan Satu-Satunya
Militer Iran langsung merespons dengan meluncurkan ratusan drone ke wilayah Israel, memicu aktivasi penuh sistem pertahanan udara kedua negara. Situasi ini disebut-sebut sebagai eskalasi konflik paling serius dalam satu dekade terakhir.
Serangan ini menimbulkan kekhawatiran global, terutama dari negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Eropa. Banyak pihak khawatir serangan balasan dan ketegangan lanjutan bisa memicu perang terbuka berskala besar.
Analis Timur Tengah menyebut bahwa “hubungan Iran-Israel telah memasuki fase paling berbahaya.” Dengan tewasnya tokoh penting dan adanya korban sipil, tekanan internasional terhadap kedua belah pihak pun meningkat.
Hingga kini, Amerika Serikat menyatakan tidak terlibat dalam operasi militer Israel dan menyerukan de-eskalasi demi mencegah meluasnya konflik.
Masyarakat internasional, termasuk PBB, diminta untuk segera mendorong diplomasi dan perdamaian guna meredam potensi perang besar yang bisa mengancam stabilitas kawasan dan dunia.