Gaza Kembali Membara: Puluhan Warga Palestina Tewas, Kota Dikepung saat Netanyahu Berpidato di PBB
News DeltaPawan- Situasi di Jalur Gaza kembali memanas. Serangan terbaru militer Israel pada Jumat (26/9/2025) menewaskan puluhan warga Palestina di tengah pengepungan yang makin ketat. Ironisnya, tragedi ini terjadi di saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tengah menyampaikan pidato keras di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, yang menuai protes internasional.
Serangan Intensif dan Korban Sipil
Menurut sumber medis yang dikutip Al Jazeera, sedikitnya 60 warga Palestina tewas di wilayah yang diblokade itu hanya dalam satu hari. Sekitar 30 korban meninggal di Kota Gaza, tempat serangan Israel meningkat sejak operasi darat dimulai pada 16 September.
Wilayah yang diserang meliputi Jalan al-Wehda, kamp pengungsi Shati, dan permukiman Nassr. Satu serangan lain menghantam kawasan Remal di barat kota. Ibrahim al-Khalili, jurnalis Al Jazeera di Remal, melaporkan serangan terjadi mendadak tanpa peringatan, membuat warga sipil panik dan berusaha mencari korban selamat di antara reruntuhan bangunan. Tim medis pun berjibaku mengevakuasi jenazah dan korban luka.
“Lingkungan ini masih dipenuhi banyak orang yang memilih bertahan. Situasi semakin memburuk dengan meningkatnya serangan Israel yang menyasar berbagai lokasi,” kata al-Khalili.
Stephane Dujarric, juru bicara PBB, mengutip data Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyebut bahwa selama 24 jam terakhir, serangan udara Israel terjadi hampir setiap delapan hingga sembilan menit dengan dampak yang menghancurkan bagi warga sipil.
Selain itu, sumber medis Palestina mengonfirmasi 13 orang tewas saat berusaha mendapatkan bantuan di lokasi-lokasi yang dikelola organisasi GHF yang kontroversial dan didukung Israel serta Amerika Serikat.
Baca Juga : KPU Ketapang Perkuat Validitas Data Pemilih Lewat Coklit Terbatas
Pidato Netanyahu Picu Protes
Di New York, Netanyahu menyampaikan pidato yang disebut-sebut “menantang” di markas besar PBB. Ia mengecam negara-negara yang baru saja mengakui Palestina sebagai negara. Bahkan sebelum ia mulai berbicara, sebagian besar delegasi memilih meninggalkan ruangan sebagai bentuk protes atas kebijakan Israel di Gaza.
Dalam pidatonya, Netanyahu mengklaim kata-katanya diperdengarkan melalui pengeras suara dan dikirim ke telepon warga Gaza. Ia memperingatkan anggota Hamas untuk menyerah dan membebaskan tawanan. Namun, klaim itu dibantah Randa Hanoun, seorang pengungsi Palestina di Deir el-Balah. “Itu bohong – kami tidak menerima pesan atau mendengar pengeras suara apa pun,” ujarnya kepada AFP.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Jumat bahwa ia “hampir” mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang dan memulangkan tawanan. “Sepertinya kita sudah mencapai kesepakatan terkait Gaza. Saya pikir ini kesepakatan yang akan memulangkan para sandera dan mengakhiri perang,” katanya di Gedung Putih tanpa memberikan detail lebih lanjut. Trump dijadwalkan bertemu Netanyahu pada Senin mendatang.
Krisis Kemanusiaan yang Memburuk
Di tempat lain di Gaza, penderitaan warga sipil terus meningkat. Sumber medis melaporkan seorang remaja 17 tahun meninggal dunia akibat kelaparan dan minimnya layanan medis di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, hingga kini sudah tercatat 440 kematian terkait malnutrisi, 147 di antaranya anak-anak.
Lembaga kemanusiaan Doctors Without Borders (MSF) bahkan mengumumkan terpaksa menghentikan layanan medis di Kota Gaza. Tank dan serangan udara Israel di dekat klinik mereka membuat risiko bagi staf dan pasien “tak dapat diterima”. “Klinik kami dikepung oleh pasukan Israel… Ini hal terakhir yang kami inginkan, karena kebutuhan di Kota Gaza sangat besar,” ungkap Jacob Granger, koordinator darurat MSF.
Dalam sepekan terakhir, MSF telah melakukan lebih dari 3.640 konsultasi untuk pasien malnutrisi, cedera trauma, hingga layanan kesehatan ibu. Namun situasi keamanan membuat layanan itu terhenti. Ratusan ribu warga Palestina kini terjebak di Kota Gaza sementara rumah sakit di seluruh wilayah kantong tersebut kewalahan, kekurangan staf, dan minim pasokan.
Tom Fletcher, Kepala Kemanusiaan PBB, menyebut kondisi di Gaza “mengguncang nurani dunia”. “Kami menghadapi hambatan mengerikan dalam menyalurkan bantuan yang datang dari otoritas Israel,” katanya kepada Al Jazeera. “Kami bisa menjangkau ratusan ribu orang jika ada komitmen tulus untuk mengakhiri kelaparan.”
Dunia Serukan Tindakan
Serangan dan pengepungan yang terus berlangsung ini semakin menambah tekanan internasional terhadap Israel. Banyak pihak menyerukan gencatan senjata dan akses kemanusiaan tanpa hambatan. Namun hingga kini belum ada tanda-tanda penurunan eskalasi.
Situasi di Gaza menunjukkan krisis yang kian dalam: korban sipil terus bertambah, layanan kesehatan runtuh, dan bantuan sulit masuk. Ketika Netanyahu berpidato di podium PBB, dunia menyaksikan dua kenyataan yang sangat kontras: janji politik di satu sisi, dan penderitaan nyata warga sipil di sisi lain.